Website Resmi Desa Kemuning Bram Itam

Sejarah

     


    Desa Kemuning terletak di Kecamatan Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Awalnya, wilayah ini merupakan bagian dari Desa Bram Itam Kanan dan dikenal sebagai Dusun Parit Cegat atau Dusun II. dikarnakan tempat dan strategisnya cegat dalam bahasa banjarnya adalah cegat artinya lurus, Nama “Parit Cegat” sendiri berasal dari istilah dalam bahasa Banjar, di mana “cegat” berarti “lurus”, merujuk pada posisi geografis wilayah yang dianggap strategis oleh masyarakat. Setelah diusulkan menjadi desa pemekaran dan dimusyawarahkan bersama aparat-aparat dusun tersebut maka diberi nama Desa Kemuning. Kata "Kemuning" memiliki makna positif yaitu bersinar, bersih, dan damai, nilai-nilai yang diharapkan terwujud dalam kehidupan masyarakat desa ke depannya.


     Desa Kemuning resmi berdiri pada tahun 2012 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanjung Jabung Barat. Menurut keterangan para tokoh yang masih menetap di desa, awal pembangunan Desa Kemuning dilakukan oleh para perantau yang berasal dari Kalimantan Selatan pada sekitar tahun 1950. Mereka membuka hutan dan semak belukar menjadi permukiman dengan kerja keras dan kesabaran. Seiring waktu, penduduk Desa Kemuning tidak hanya berasal dari Kalimantan Selatan saja. Warga dari suku-suku lain, seperti suku Jawa dan lainnya, juga menetap dan menjadi bagian dari desa ini. Saat ini, secara administratif Desa Kemuning terbagi menjadi dua dusun, yakni Dusun Suka Damai dan Dusun Permata Indah, serta delapan Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 01 hingga RT 08.

     Sebagian besar wilayah desa, sekitar 76%, merupakan lahan perkebunan yang didominasi oleh tanaman kelapa, kelapa sawit, dan pinang. Sektor perkebunan dan pertanian menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat desa. Dalam hal keyakinan, mayoritas penduduk Desa Kemuning memeluk agama Islam. Kondisi sosial ekonomi masyarakat tergolong merata, dengan tidak tampaknya kesenjangan yang mencolok antarwarga. Tidak terdapat keluarga yang tergolong sangat kaya, dan sebagian besar warga menggantungkan kehidupan dari hasil kebun dan pertanian sehari-hari.